Surat Terakhir Sebelum Pulang



Ramadhan, I Will Miss You So Much!


     
            Tak terasa bulan yang penuh berkah ini akan pergi meninggalkan raga ini sendiri. Bulan di mana segala fokus hanya tertuju pada Sang Kuasa, membuat si pemilik raga bersimpuh untuk memohon ampun atas apa yang telah diperbuatnya. Ketenangan juga kenyamanan yang dapat diperoleh saat semuanya tertunaikan ikhlas Lillahi Ta'ala. Entah kenapa cinta itu hadir dengan sendirinya, sehingga untuk melepaskannya pun juga sangat berat sekali. Walaupun masih ada untuk tahun depan, tapi khawatirnya diri ini jika tidak diperkenankan untuk berjumpa dengannya kembali.
            Penantian yang sangat panjang sampai dua bulan sebelumnya disiapkan secara matang untuk menyambut kedatangannya. Rindu yang telah tertunaikan tatkala senja telah berubah menjadi petang. Ya! Tarawih pertama dengan gema puji-pujian khas ramadhan pertanda bahwasanya esok sudah waktunya menunaikan shiyam. Alangkah mirisnya, yang biasanya halaman rumah penuh dengan orang sholat kini telah berubah sepi tanpa seorang insan pun yang hadir. Itupun jika mau juga sekedar saf paling depan yang memuat empat orang saja. Terlebihnya paling hanya tambah satu saf dibelakangnya. Seakan semuanya telah tumbang dan takut dikarenakan sebuah pandemi yang berhasil membuat dunia ini membuka mata. Tampilan baru dengan mengikutsertakan masker dalam beribadah seakan terdapat rasa ganjil di dalamnya. Hati ini seakan menolak, tapi harus bagaimana lagi? Memang kondisinya juga seperti ini.
            Hari demi hari terlalui dengan sibuknya target yang akan dicapai. Ada saja sesuatu hal yang dapat memalingkan hingga masuk mengambil alih pikiran yang tenang menjadi gundah. Hati menginginkan taqwa tetapi pikiran menginginkan dunia. Sebuah dilema yang sulit sekali untuk ditaklukkan. Memang itu semua juga tergantung pada setiap individu. Bagaimana cara menyikapinya, mengatur waktu agar efektif juga efisien. Maaf, jika sering meninggalkanmu untuk urusan dunia. Ditambah dengan ujian iman yang menantang seluruh hawa nafsu yang menguasai pemilik raga. Berharap dapat nilai bagus yha dari Allah? Minimal gak remidi lah. Masa urusan dunia remidi akhirat juga ikut-ikutan remidi? Ya, nggak bisa dong! Hehe…
            Puncak ramadhan semakin terasa tepat di penghujung 10 malam terakhir. Berbagai ujian datang bertubi-tubi seakan benar benar menghujam jiwa pemilik raga. Otak kembali kepada kebiasaan yang lama untuk berpikir yang tidak-tidak. Hal yang seharusnya tidak terpikir ikut masuk menyelinap ke dalam sela-sela neuron dalam otak. Tak jarang tetesan air mata itu tak mampu berhenti membasahi zigomatik yang sudah mulai lelah dengan semuanya. Akan tetapi, syukur alhamdulillah moment seperti ini disandingkan tepat dengan waktu-waktu mustajab untuk lebih dekat denganNya. Serasa sudah memiliki feel tersendiri jika kini mau berbicara juga berkeluh kesah kepada Dia yang selalu ada.
            Kesempatan yang masih diberikan kepada pemilik raga membuat kedekatan semakin erat. Memang sebelumnya juga sudah minta “Tolong setelah hari Raya saja, yha?”. Terpikirkan jika semua akan terlaksana sesuai rencana. Akan tetapi tidak. Huft, kesempatan yang diberi ternyata telah menetapkan bahwa sudah waktunya istirahat bagi pemilik raga. Sayang padahal tinggal beranjak sehari lagi kemenangan sudah di depan mata. Meninggalkan sebuah bacaan dari lembaran demi lembaran yang belum usai dan shaum yang tinggal sekali saja.
            Bagaimana bisa tidak sedih? Ha? Bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini berkemas meninggalkan bumi. Seakan tinggal menunggu beberapa jam lagi pesawat keberangkatannya sudah akan take off. Butuh waktu seharian mungkin untuk mempersiapkan upacara pelepasannya.
            Ramadhan, terima kasih yah! Banyak sekali pelajaran yang diambil oleh pemilik raga untuk kesempatan kali ini. Terima kasih telah membuat hubungan pemilik raga dengan Dia erat kembali. Terima kasih telah membuat pemilik raga sadar. Terima kasih atas segala kesabaran, keteguhan juga kekuatan yang engkau berikan kepada pemilik raga. Semoga ujiannya lulus 100 % yha? So pasti terima kasih banyak telah membuat pemilik raga menjadi putih, murni, bersih kembali layaknya bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya.
            Mungkin cukup sampai di sini dulu yha? Pemilik raga hanya bisa menyambut dan menjamumu dengan baik. Maaf, untuk kali ini pemilik raga tidak bisa mengantarmu untuk pulang. Pulang sendiri tidak apa-apa kan? Sampaikan salam pemilik raga kepada Dia yha? Bilang aja jika pemilik raga akan berusaha menjadi lebih baik sampai semua yang dilakukan dapat membuat Dia senang. Tenang, selagi langit masih berwarna hitam pemilik raga akan setia menemanimu untuk berkemas. Tapi, jika nanti langit sudah cerah pemilik raga hanya bisa melambaikan tangannya kepadamu. Berharap tahun depan jumpa lagi yha? Jika tidak tolong jumpai pemilik raga di surgaNya kelak. Aamiin.

Laila

Hai! Selamat datang di Lelak Production. Semoga bermanfaat dan selamat berselancar guyss :)

Post a Comment

Previous Post Next Post