Begitu banyak planet-planet di luar angkasa yang berputar sesuai dengan porosnya. Perputaran planet mengelilingi matahari sesuai dengan kala revolusi dan rotasi masing-masing planet tersebut. Mereka juga menyebar luas, terhampar di gelapnya langit yang lengang. Tidak hanya seorang saja, planet-planet tersebut ditemani dengan berbagai macam bebatuan atau apapun itu sehingga ia tidak merasa kesepian. Seperti semaraknya orang dalam menyambut tahun baru. Ramai di sana, saling sapa, seperti ada yang menjaga dan mengatur keseimbangannya. Jika ada salah seorang dari mereka yang marah, sudah hancurlah jagat raya ini. Semua bebatuan yang mengambang disusun sedemikian rupa agar mereka semua tidak saling bertabrakan. Begitu juga dengan tempatnya. Tepat di luar angkasa. Semuanya milik langit. Semua benda yang berada di luar angkasa sudah sangat mengenal langit dengan sangat baik. Semuanya hilir mudik berganti bertemu dengan langit. Sejak langit masih kecil sampai langit yang membentang luas di angkasa raya. Seperti payung yang tiada batasnya. Mereka semua sama-sama memiliki hubungan mutualisme, sama-sama menguntungkan. Tidak ada benda yang berada di langit yang merasa dirinya dirugikan sedikitpun. Semuanya saling berhubungan antara satu sama lain sehingga dapat terjalin suatu ikatan yang tidak dapat dijelaskan. Seperti halnya rekan kerja atau masyarakat disekeliling langit.
Selain memiliki teman langit juga mempunyai saudara,
sebut saja namanya daratan. Daratan ini merupakan tempat hidup suatu makhluk
yang langit tak pernah tahu asal-usulnya. Tiba-tiba ada saja di daratan. Langit
merupakan kakak dari daratan karena langit lebih dulu tercipta dibandingkan
dengan daratan. Pada kesehariannya, daratan ini juga sedikit nakal, dengan
merengek meminta apapun kepada langit, ia sering menggoyangkan tubuhnya
sehingga membuat makhluk yang berada di dalamnya ketakutan. Daratan memang
manja, apapun yang ia minta harus dikabulkan sekarang juga. Sehingga sudah
tidak kaget jika daratan memiliki banyak masalah dibandingkan langit. Ya,
walaupun langit jauh lebih tua dibandingkan dengan daratan.
Ada
dua fase kehidupan yang langit dan daratan jalani di setiap harinya, yakni
siang dan malam. Siang di kala cahaya terang benderang menyapu seluruh alam
semesta dan malam di kala cahaya itu mulai redup menjadikan dirgantara gelap
dan sunyi.
Tidak
kalah penting juga langit memiliki dua teman yang sangat spesial, bintang dan
bulan. Keduanya sangat dekat sekali dengan langit. Hanya saja yang membedakan
bintang dapat bersinar dengan sendiri sedangkan bulan tidak dapar memancarkan
cahaya sendiri dari dalam tubuhnya. Ada suatu masa, di mana bintang dan bulan
memancarkan cahayanya bersama sehingga itu membuat langit sangat bahagia. Akan
tetapi, bulan merasa bahwa langit jauh lebih memilih bintang dibandingkan
dengannya ketika keduanya sama-sama bercahaya. Melihat keadaan yang seperti
ini, bulan merasa tidak terima dan mengadu tentang hal apapun yang terjadi
kepada Sang Pencipta.
Ia
merasa dikhianati oleh langit, merasa dirinya sudah tidak peting bagi langit.
Sudah tidak ada apa-apanya lagi di dalam diri bulan dibandingkan dengan bintang
yang mampu memancarkan cahaya sendiri tanpa bantuan sedikitpun dari yang lain.
Bulan tak tersadar jika cahaya yang memancar dari dalam tubuhnya berasal dari
matahari yang senantiasa mau membantunya dan mendampinginya untuk tetap
bersinar terang. Sinarnya pun juga tidak kalah dengan sinar yang dimiliki oleh
bintang. Hanya saja bintang dapat lebih berkilau dibandingkan dengan bulan yang
dapat bersinar terang saja. Seperti sebuah dilema yang dirasakan para remaja
sekarang. Terdapat segitiga yang membangun sebuah pondasi yang kuat dalah
hubungan mereka. Ketika bintang dan bulan bersinar, langit jauh lebih memilih
bintang karena kilaunya yang indah. Bulan menginginkan langit untuk memilihnya.
Tetapi di balik itu semua, terdapat matahari yang telah bulan lupakan. Matahari
yang jauh lebih memilih bulan diantara seluruh ciptaan Sang Pencipta, yang
perhatiannya jauh lebih perhatian dibandingkan dengan langit.
Terkadang
langit juga merasa gundah dengan pilihannya. Seketika membuat pikiran-pikiran
langit itu terkumpul menjadi satu. Saking beratnya ia menghadapi ujian ini
seketika masalah itu membentuk sebuah awan hitam yang terkumpul menjadikan
daratan yang sangat gelap. Ditambah dengan bisikan para angin yang semakin
menjadi-jadi membuat beban hidup langit menjadi semakin berat. Tak kuasa lagi
langit membendung, akhirnya sedikit demi sedikit langit meneteskan rintik hujan
ke daratan. Masalah yang tak ujung usai menjadikan hujan yang semakin deras.
Kesedihan langit ini tidak digabres oleh adiknya. Daratan, ia justru senang
ketika kakaknya menangis. Seluruh makhluk pun juga ikut senang ketika air mata
langit jatuh ke daratan. Melihat sang adik yang sangat tidak memedulikan
langit, langit semakin marah dengan terdengarnya suara gledek yang diiringi
dengan kilatan petir yang gemuruhnya dapat terdengar seantero jagad raya.
Di
sisi lain, sedikit demi sedikit bulan yang terlajur sudah hancur melihat sikap
langit kepadanya, ia memulai untuk mengikhlaskan. Sekarang ini ia sudah pasrah
dengan kehendak Sang Pencipta. Perlu diketahui, sekarang dekat sekali
hubungannya dengan Sang Pencipta sehingga lama kelamaan rasa tidak terima itu dapat
terobati. Walaupun rasa jengkel bulan kepada bintang tapi itu tidak menyurutkan
kehendak bulan untuk hanya sekedar berteman dengannya. Toh, hanya teman biasa.
Bintang tidak tahu jika dirinya telah dibenci bulan karena sikap yang telah ia
perbuat. Demikian juga bulan, ia sangat menjaga perasaanya dengan tidak
memberitahukannya kepada yang lain. Hanya ia dan Sang Pencipta yang tahu
tentang semua yang telah dialami bulan selama ini.
Seketika
tangisan langit pun sedikit demi sedikit mulai terhenti karena malam sudah
tiba. Kala itu, bintang tidak memancarkan cahayanya, hanya langit dan bulan
ditemani dengan sinar matahari yang menyelimuti bulan. Melihat kondisi langit
yang benar-benar sangat jatuh , bulan sepakat untuk menghiburnya. Walaupun ia
tidak dipilih oleh langit, tak apa dengan ikhlas bulan lakukan. Perlahan ia
menjelaskan kepada langit bahwasanya ia akan selalu ada untuk langit apapun
kondisinya. Hanya pada saat malam bulan sangat senang jika langit mau berbicara
dengannya karena pada saat siangnya langit harus bekerja lebih keras untuk membantu
teman-temannya dalam menceriakan kehidupan semesta. Akhirnya waktu malam yang
langit miliki untuk bertemu dengan sang bulan. Lihatlah, bintang hanya muncul
sesekali tidak tiap hari. Itupun juga kalau ada maunya. Hanya bulan yang selalu
muncul menemani langit di malam hari. Bintang muncul di kala bintang ada maunya
dengan langit. Ketika langit bersedih bintang tanpa menolehkan kepalanya tidak
mau untuk menjumpai langit. Padahal sudah banyak sekali perhatian yang langit
berikan kepada bintang. Penjelasan yang diselipi dengan senda gurau dan
lawak yang dimiliki oleh si bulan dapat menorehkan senyum dan tawa di wajah
langit. Terbukti keesokan harinya dengan munculnya pelangi yang sangat indah yang
menandakan bahwa langit sedang tersenyum. Kini, bulan juga tidak mengetahui
bagaimana hubungan bintang dengan langit, yang pasti hubungan bulan dan langit
semakin dekat sehingga dapat mewarnai keseharian si langit. Bagaimana dengan
matahari? Sudah, itu tidak usah dibahas. Wallahu a’lam bishowab:)
Terkadang memang rasa ikhlas yang dapat menyembuhkan penyakit hati. Teruslah untuk berbuat baik walaupun itu di depan musuhmu. Kebaikan yang kamu tanam akan berbuah juga yang nantinya kamu tuai. Dekatkan diri selalu dengan Allah karena rencanaNya jauh lebih baik daripada apa yang telah kamu rencanakan.
Tags
Self Reminder
